selamat datang di my mobile blog

Tatal 52

Beranda Senin, 20 Juni 2011
Dalam Serat Cebolek, kisah termasyhur dari Jawa itu dimulai dengan Werkudhara yang terkesima bahwa dirinya tak berarti: ternyata ia, yang bertubuh tinggi gempal, bisa masuk lewat lobang kuping ke daam wujud kecil Dewa Ruci. Ia tiba di tengah sebuah samudera agung, ruang yang tak dikuasainya, yang tak bisa ditentukannya dengan titik utara atau selatan.
“Ruang yang saya tempati, paduka, kosong dan tak terpermanai luasnya,” ujar Werkudhara kepada sang dewa.
Tapi tak lama kemudian si daif berubah. Kesendiriannya jadi awal kekuasaan. Dalam petuah Dewa Ruci, “aku”, subyek, bisa mencapai posisi yang benar ketika seluruh semesta berada dalam ampuanku. Penguasaan itu bukti bahwa manusia mahluk yang unggul, pusat makna, termulia dari segala yang jadi: manusa tinitah luwih, apan ingaken rahsa, mulya dhewe saking kang dumadi.
Dalam diri “manusia” yang digambarkan tembang Jawa inilah kita bertemu dengan subyek yang disimpulkan Descartes: ego yang berpikir, dasar yang sedasar-dasarnya yang mampu mengatasi keraguan dan keetidak-pastian. Kata penting dalam petuah Dewa Ruci adalah agar diri jadi “satu” (siji sawujud). Di luar subyek yang koheren itu, segala hal, juga tubuhnya sendiri, hanya ada secara tentatif. Yang pasti hanya “aku”.
Dan di tatapan subyek yang seperti itulah dunia tersaji bagaikan gambar –sebagai weltbild, untuk memakai kaa-kata Heidegger, dunia yang diringkus jadi obyek.
isining bumi
ginambar angganira
Demikianlah res cogitans mengambil alih peran. Subyek tampil terpisah dari dan bertahta di atas obyek. Seperti dilukiskan dalam Cebolek, ia merengkuh makro-kosmos dan mikro-kosmos sekaligus. “Engkau jadi dewa,” kata Dewa Ruci kepada Werkudhara. Syahdan, ruang pun bukan lagi khaos yang luas. Kini utara dan selatan dapat ditunjukkan.
Tak pelak lagi, cerita Dewa Ruci adalah sebuah imaji humanis. Ia menyambut kemampuan kognitif manusia untuk mengetahui dirinya, kemampuan weruh ing anane dhewe. Dengan itu manusia naik ke langit. Tanpa sayap ia merangkum seluruh jagad raya dan dirinya sendiri, sawengkon jagad raya, angga wus kawengku.
Maka aku-lah kepastian, penguasa dunia obyek, akulah pembentuk yang-lain, akulah dasar diriku.

sumber: goenawanmohamad.com
Terima kasih sudah membaca Tatal 52

masih 0 respon untuk Tatal 52

Posting Komentar

cah mbolek

 | 

Entri Populer



 
powered by louteng